Control98 |
Pada suatu hari, usai suatu kelas dan mengisi jeda sebelum memasuki kelas berikutnya, aku duduk nongkrong di depan dinding pahala dan dosa. Di sinilah tembok ratapan bahagia di atas duka. Segenap perjuangan satu semester, terbayar sudah di hadapan papan ini.
Di sana, kulihat seorang kawan sesama Control Engineer. Ia nampak sendu, duduk merenung di ujung. Kudekati dirinya dan kuajak mengobrol.
"Kenapa lu? Kok, duduk sendirian?" tanyaku.
Ia pun terdiam sejenak. Lalu ia menatapku sayu dan berkata, "Aku lagi ada masalah, nih."
Aku pun duduk di sampingnya. "Ada apa?"
Ia terdiam. Lalu ia menatap ke arah perempatan Student Center. Kemudian ia menerawang langit.
Aku pun masih menunggu jawabannya.
Akhirnya ia menjawab, "Masalahku ini begini...."
Kutatap matanya dengan pandangan sebagai teman yang siap membantu dalam susah dan senang.
Ia melanjutkan jawabannya, "Aku terlalu ganteng."
Jadi masalahnya adalah ia terlalu ganteng. Jawaban yang tak kuduga. Ada rasa ingin menonjoknya dengan teknik Bang Bang Control akibat alur logikanya yang fuzzy dan nonlinear tersebut.
Kini kusadari bahwa sebagai Control Engineer, kami memang harus mengontrol kegantengan. Cukup satu orang saja yang cantik, dan biarkan yang lain ganteng terkendali. Ini bagai pepatah "Everything is under Control".
Banyak sekali kejadian aneh di kampus ini, yang sulit dikendalikan oleh ilmu Control System. Nanti akan kuceritakan pada tulisan berikutnya. Semoga aku bisa menulis lagi setelah belajar Ilmu Pengaturan yang lebih kokoh dan optimal.
Bremen, 25 Mei 2013